Mengenal Desa Jangkrikan Kepil

🕮 SEJARAH

Dahulu wilayah yang sekarang disebut sebagai Jangkrikan merupakan wilayah yang dikenal dengan wilayah yang subur dan terkenal dengan hasil pertaniannya yang berupa padi, jagung, ketela, sayuran dan lain sebagainya.

Wilayah ini dari dulu sudah dikenal subur sehingga kehidupan masyarakatnya yang notabene petani bisa dikatakan makmur untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari karena tercukupi dengan hasil dari kebunnya.

Asal-usul wilayah ini tidak diketahui dengan pasti karena memang belum ditemukan dokumen pasti yang menceritakan sejarah dari wilayah ini, kisah-kisah yang ada berupa tuturan secara turun temurun yang diceritakan kepada anak cucu di wilayah ini. Tetapi pemberian nama wilayah ini bermula ketika para tokoh agama bermusyawarah setelah mengambil ibrah dari cerita-cerita sesepuh dan tokoh masyarakat di wilayah ini.

Dikatakan dulu wilayah ini terdapat beberapa kampung yang di kelola oleh beberapa tokoh, antara lain :
  1. Ky. Sutaragi mendiami wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Sutaragen.
  2. Ky. Ridin mendiami wilayah Siridin.
  3. Mbah Jaya Sentana dan Mbah Jaya Dinangga ( dikenal juga dengan Mbah Irsyad ) Kedua tokoh ini ditemukan di pesanggrahan yang di kemudian hari / sekarang dikenal dengan sebutan Mbah Balung mendiami wilayah Pungangan.
  4. Ky. Sawo mendiami wilayah Polowono.
  5. Ky. Bandung tokoh yang mendiami wilayah Pengarengan dan Simarong.
  6. Ky. Sitaligara dan Ky. Sitaligawe, kedua tokoh ini mendiami wilayah Sabrang Kidul dan Siwerak. Kemudian diteruskan oleh Ky. Karso.
Pendahulu-pendahulu ini merupakan kerabat dari orang yang dikenal dengan nama Mbah Jangkrik. Beliau memiliki nama asli Kwalid Ibn Abbas Ibn Mahmud.
Menurut cerita yang beredar dari tokoh Desa Jangkrikan, dulu Mbah Jangkrik datang dari wilayah Kesultanan Yogyakarta setelah dikejar-kejar oleh penjajah Belanda. Beliau merupakan seorang tokoh agama yang dikatakan memiliki beberapa kelebihan antara lain :
  1. Menghilang ( ilmu panglimunan )
  2. Mengecoh lawan dengan cara bersiul mirip dengan suara jangkrik.
Dari kepiwaian yang kedua inilah kemudian beliau dijuluki dengan laqab Mbah Jangkrik. Oleh masyarakat yang mendiami wilayah ini, kemudian dari nama laqab beliau inilah tercetus Desa Jangkrikan untuk menamai wilayah.

Secara resmi desa ini didirikan pada tanggal 20 September 1853 ( berusia 170 tahun saat tulisan ini dibuat ) yang terdiri dari 20 dukuh dan 3 dusun, yaitu :
 Dusun
  1. Pungangan
  2. Krajan
  3. Polowono
Dukuh
  1. Pungangan
  2. Ngemplak
  3. Santren
  4. Tanjungsari
  5. Sipete
  6. Siridin
  7. Sutaragen
  8. Siringin
  9. Krajan
  10. Sabrangkulon
  11. Sabrangkidul
  12. Sidurenbalak
  13. Siwerak
  14. Sijati
  15. Sikarang
  16. Polowono Atas
  17. Simarong
  18. Pengarengan
  19. -
  20. -

MASA KEPEMIMPINAN
Pada masa sebelum tahun 1917, wilayah ini tidak memiliki catatan riwayat kepemimpinan atau penguasa. Era kepemimpinan yang tercatat sejarah dimulai sejak tahun 1917, yaitu :
  1. 1917 - 1926, wilayah ini dipimpin atau dikuasai oleh Demang / Glonding Sawo.
  2. 1926 - 1928, wilayah ini dipimpin atau dikuasai oleh Demang / Glondong Sarman.
  3. 1928 - 1948, merupakan era perubahan kepemimpinan dari Demang menjadi Lurah. Pada tahun ini wilayah Jangkrikan dipimpin oleh Demang Yahyorejo Ibn Nur Muhammad, mertua dari Mbah Towilun Cokromihardjo.
  4. 1948 - 1990, dipimpin oleh Lurah Towilun Cokromihardjo.
  5. 1990 - 1994, dipimpin oleh Kepala Desa Japar Sodiq.
  6. 1994 - 1998, dipimpin oleh Kepala Desa Ribut Eko Yuhdi yang juga menantu dari Lurah Towilun Cokromihardjo dan wafat ketika masih menjabat.
  7. 1998 - 2006, dipimpin oleh Kepala Desa Darman Darmo Wasito.
  8. 2007 - 2019, dipimpin oleh Kepala Desa Budi Widaryanto.
  9. 2019 - ... , dipimpin oleh Kepala Desa Bambang Nursahid.
CATATAN PENTING
Dalam 170an tahun perjalanan sejarah desa Jangkrikan yang tercatat, wilayah ini memiliki beberapa peristiwa penting yaitu :
  1. 1943, masuknya wilayah Polowono Bawah kedalam Desa Jangkrikan yang tadinya merupakan wilayah dusun Mejing, Tegeswetan. Ini dilakukan untuk kepentingan politik agar jalan raya yang dibangun bisa melewati desa Jangkrikan. Sebaliknya di tahun ini juga melepas wilayah Duluran untuk masuk dalam wilayah Tegeswetan. 
  2. 1947 - 1948, pembangunan jalan raya Cawangan - Jangkrikan. Di bangun secara gotong royong dari beberapa desa wilayah Kepil Barat.
  3. 1964 - 1966, penangkapan gembong G30S/PKI yang bernama Letnan Yusman. Di tahun ini wilayah ini dijadikan sebagai tempat persembunyian tokoh G30S/PKI.
  4. 1973 - 1980, terjadi bencana gagal panen selama 4 musim tanam oleh hama tikus yang menyerang persawahan desa Jangkrikan dan sekitarnya.
  5. 1986 - 1988, pembangunan kantor desa ( balai desa ) oleh Lurah Japar Sodiq yang berlokasi di ujung desa bagian selatan desa ( Pungangan ).
  6. 1999, perubahan demokrasi terpimpin dengan pergerakan reformasi menuju demokrasi.
  7. 2001 - 2002, terjadi kerusuhan antara warga Jangkrikan dan warga Tegalsari. Kerugian finansial yang terjadi adalah pembakaran motor milik warga Tegalsari hingga hangus.
  8. 2003, terbentuknya perkumpulan pemuda.
  9. 2007, rehabilitasi gedung desa ( balai desa ) menjadi gedung olahraga. Namun rehabilitasi ini kurang memiliki akuntabilitas dalam pengelolaannya.  
  10. 2008, lunas PBB pertama sehaj ada desa Jangkrikan.
  11. 2014, dimulainya transfer dana desa yang menjadikan pembangunan desa menjadi lebih baik.
  12. 2016, BUMDes didirikan pertama kali.

KEADAAN WARGA

Post a Comment

0 Comments